HealthcareUpdate News

KLB Campak Guncang Sumenep, Daerah Lain Harus Waspada

Lonjakan kasus campak di Sumenep, Jawa Timur, yang menelan 17 korban jiwa jadi peringatan serius bagi seluruh daerah di Indonesia.

Ancaman penyakit campak kembali menghantui Indonesia. Kabupaten Sumenep, Jawa Timur, kini resmi ditetapkan mengalami Kejadian Luar Biasa (KLB) campak setelah melaporkan lebih dari 2.000 kasus suspect campak dan 17 korban meninggal hingga pekan keempat Agustus 2025. Sebagian besar korban diketahui belum mendapatkan imunisasi campak lengkap.

Pemerintah Jawa Timur bergerak cepat mengirimkan hampir 10 ribu dosis vaksin Measles-Rubella (MR) dan menggelar program Outbreak Response Immunization (ORI) di 26 wilayah puskesmas mulai 25 Agustus hingga 14 September 2025. “Vaksinasi adalah kunci utama pencegahan. Kami mengimbau orang tua untuk segera memastikan anak-anaknya mendapatkan imunisasi lengkap,” tegas Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa saat meninjau penanganan KLB di Sumenep.

Campak bukan sekadar ruam merah di kulit. Gejala awal yang sering muncul antara lain demam tinggi, batuk, pilek, mata merah, dan ruam yang biasanya timbul beberapa hari setelah gejala awal. Dalam kasus parah, campak bisa memicu komplikasi berbahaya seperti radang paru-paru, radang otak, hingga kematian. “Gejala awal sering diabaikan karena mirip flu biasa. Padahal, jika terlambat ditangani, risiko komplikasi meningkat,” jelas dr. Rizka Andalusia, Direktur Surveilans dan Kekarantinaan Kemenkes.

Meski KLB saat ini terpusat di Sumenep, sejumlah daerah lain seperti Aceh, Nusa Tenggara Barat, dan Papua juga melaporkan peningkatan kasus campak meski belum masuk kategori KLB. Hal ini membuat pemerintah pusat meminta seluruh daerah meningkatkan kewaspadaan. Dinas kesehatan di tingkat provinsi dan kabupaten/kota diminta mempercepat vaksinasi rutin, meningkatkan surveilans, dan menyiapkan fasilitas kesehatan untuk penanganan kasus berat.

Read More  Tabek Talang Babungo: Dari Kampung Terisolir Menjadi Kampung Wisata Budaya dan Edukasi

Pencegahan campak tetap menjadi langkah paling efektif untuk menekan penyebaran. Imunisasi lengkap sesuai jadwal nasional, menghindari kontak dekat dengan pasien, menjaga kebersihan, menggunakan masker di area dengan potensi penularan, serta segera memeriksakan diri ke fasilitas kesehatan jika muncul gejala awal menjadi kunci utama. Bagi anak-anak yang belum pernah mendapatkan vaksin, pemberian vaksinasi segera menjadi prioritas untuk menutup celah penyebaran virus.

Ke depan, Kementerian Kesehatan berencana memperluas cakupan vaksinasi berbasis digital agar status imunisasi anak bisa dipantau dengan lebih akurat. Sistem ini memungkinkan orang tua memeriksa jadwal vaksinasi secara real time sekaligus mengingatkan jika ada jadwal yang terlewat. “Wabah di Sumenep ini menjadi alarm bagi kita semua. Jangan tunggu sampai terlambat, cegah sejak dini. Imunisasi bukan sekadar pilihan, tapi kebutuhan,” tegas dr. Rizka.

Situasi ini juga menjadi pengingat bahwa kesehatan publik membutuhkan kolaborasi lintas sektor. Pemerintah daerah, tenaga kesehatan, tokoh masyarakat, hingga keluarga memiliki peran penting memastikan setiap anak mendapatkan perlindungan dari penyakit yang seharusnya bisa dicegah ini. Dengan kerja sama dan kesadaran kolektif, risiko penyebaran campak di Indonesia dapat ditekan, dan kejadian seperti di Sumenep tidak terulang di daerah lain.

Back to top button